Penyembuh Mu

09.55

Aku paham benar bagaimana rasanya melihat orang yang ku cintai merasakan sakit hati
Semampu mungkin aku berusaha untuk menyembuhkan lukanya walau akhirnya aku yang terluka
Sebisa mungkin aku memutar otak mencari cara bagaimana meringankan sakitnya, mengurangi bebannya

Kali ini kamu terluka lagi. Dan aku berusaha menyembuhkan mu. Lagi.
Dan akhirnya aku yang berakhir dengan rasa sakit. Lagi.

Lagi. Lagi. Dan selalu saja lagi-lagi aku yang berakhir dengan rasa sakit itu lagi.

Apa lagi yang kamu perbuat kali ini? tak cukup kah kamu menyakiti dirimu sendir? Taksadar kah kamu bahwa saat kamu tersakiti akan ada orang yang akan ikut merasakan sakitnya?

Sekarang kamu terjebak dalam cinta bersegi. Ohh bukan hanya kamu. Aku juga. Karna semua tentang mu sudah pasti juga tentang aku.
Segi berapa lagi yang kita miliki kali ini? Tiga? Empat? berapa?
Sebentar biar aku urutkan ini.

Aku mencintai kamu. Kamu mencintai dia. Dan dia mencintai kekasihnya.

Baik sekarang kamu tau cinta segi berapa yang kita jalani.
Dan sekarang juga kamu terluka karna segi dari cinta ini terlalu lancip. Dan menusuk mu terlalu dalam
Lalu sekarang tugas ku menyembuhkan mu. Sekarang saatnya aku meracik segala obat yang aku tahu untuk mengobati luka hati mu itu. Berarti sekarang saatnya aku melukai hati ku.

Hahhh kenapa kamu hanya bisa sembuh dengan cara seperti ini? Tidak kah ada cara lain untuk ku menyembuhkan mu tanpa melukai diri ku sendiri. Atau melukai orang lain.

Harus kamu tau. Sekarang, kali ini, untuk menyembuhkan luka mu itu, aku bukan hanya harus menggores hati ku sendiri, tapi juga hati orang lain. Orang lain siapa? Dia yang kamu cintai itu kah? Bukan. Aku tidak akan pernah melukainya, karna saat aku menyakitinya, aku tau kamu juga akan ikut terluka, sama seperti ku yang terluka saat kamu tersakiti olehnya. Kali ini aku melukai kekasih dia yang kamu cinta. Iya, dia yang berdiri kokoh diakhir segi cerita ini.

Bagaimana bisa? Kekasihnya? Untuk apa?
Untuk menyembuhkan luka mu, agar kamu bisa bernafas sejenak dari rasa sesak yang mengikat tenggorokan mu itu. Agar kamu bisa sebentar saja merasakan cinta orang yang kamu cintai. meskipun cinta itu hanya sebuah kamuflase, yang setelah waktu itu habis, dia akan tetap kembali mencintai kekasihnya.

Betapa ironisnya ini semua. Aku rela bersusah payah hanya demi kebahagian mu yang akhirnya berujung tangis untuk ku. Aku rela menyakiti hati seorang kekasih yang sangat mencintai kekasihnya dengan luka yang aku tau dengan sangat jelas sakit dan perihnya. Dan itu pun menyakiti ku, membuat perih  di luka ku untuk memperjuangkan bahagia mu itu, menyembuhkan sakit mu itu semakin berkali lipat karna rasa bersalah ku pada dia yang aku lukai hatinya.

Dan sekarang saatnya aku mulai lagi menjahit luka menganga di hati ku, menutupnya perlahan, memastikan luka itu tertutup rapat.

Aku tidak beharap banya. Aku tidak mengharapkan hal yang terlalu tinggi untuk imbalan ku karna harus terluka untuk mu. Aku hanya berharap bahwa sakit ku akan berbuah senyum di wajah mu. Aku hanya berharap bisa memetik senyum itu, cukup satu senyum. Aku tak butuh lebih dari itu, hanya satu. Ya, cukup satu senyum, senyum mu yang tulus, yang merekah karna rasa bahagia mu, yang kamu berikan tulus untuk ku. Bukan lagi senyum yang ku curi saat kamu sedang menutupi luka mu. Bukan lagi senyum palsu.

Aku mau kamu ingat. Bahwa dimana pun kamu. Apa pun keadaan mu. Pada siapa pun hati mu tertuju.
Dalam segi berapa pun kamu jalani cinta mu. Dan sedalam apa luka yang kamu terima karna itu.

Aku akan tetap menjadi penyembuh itu. Aku akan tetap ada di dekat mu, kamu sadari ataupun tidak.
Aku akan tetap menjadi bagian dari cerita cinta bersegi mu itu. Sebagai penjaga mu.

Dan aku ikhlas untuk itu. Karna bahagia mu, akan menjadi bahagia ku.

Rindu Itu Sederhana

06.13

Sesederhana proses terbentuknya lubang disebuah karang. Hanya perlu air laut yang menpanya terus menerus. Sesederhana itu pula sebuah rindu tercipta.

Dan saat ini kesederhanaan rindu itu menghampiri ku. Kesederhana sebuah rasa yang pada akhirya tetap saja menyiksa sang penderita.

Rinduku pun sama sederhananya seperti saat dia tercipta. Aku merindukan kita.

Kita yang dulu saling tersenyum, kita yang dulu saling bercanda, kita yang dulu saling bicara, yang dulu saling bertengkar, saling berdebat, bahkan kita yang dulu saling terdiam, yaa... hanya diam, hanya diam dan saling menyelami pikiran masin-masing, tapi tetap tersadar bahwa disampingku adalah kamu, dan disampingmu adalah aku.
Aku merindukan gelaktawa yang dulu menggema dimana-mana, aku merindukan tingkah konyol mu. Yaa tuhan, aku bahkan rindu melihat mu marah, melihatmu berusaha mengendalikan emosi mu. Betapa menyeramkannya itu, tapi anehnya aku tetep rindu.

Betapa sederhanya sebuah rindu, karna hanya dengan mendengar nama mu di sebut pun aku dapat merasakan gemuruh hebat dihati ku. Betapa sederhananya sebuah rindu, karna dengan hanya memejamkan mata pun aku dapat melihat wajah mu. Betapa sederhananya sebuah rindu, karna hanya dengan mendengar sebuah lagu pun aku sadar jika kamu tak lagi disamping ku. Sesederhana itu lah sebuah rindu

Dan untuk mengakhirinya pun sederhana. Hanya bertemu. Bertemu dengan mu.
Tapi masalahnya, beremu dengan mu bukan lah hal yang sederhana, sesederhana rindu itu tercipta. Kamu terlalu jauh, kita terpisah bukan hanya oleh jarak yang dapat dihabiskan dengan berkendara. Kita terpisah oleh jarak yang bahkan aku tak tau harus bagaimana menggambarkannya


Dan akhirnya lagi. Rindu ini jadi tak sederhana. Tak lagi sesederhana seperti awal ia tercipta. Tak lagi sesederhana itu.

Like us on Facebook

Flickr Images