Rindu Itu Sederhana

06.13

Sesederhana proses terbentuknya lubang disebuah karang. Hanya perlu air laut yang menpanya terus menerus. Sesederhana itu pula sebuah rindu tercipta.

Dan saat ini kesederhanaan rindu itu menghampiri ku. Kesederhana sebuah rasa yang pada akhirya tetap saja menyiksa sang penderita.

Rinduku pun sama sederhananya seperti saat dia tercipta. Aku merindukan kita.

Kita yang dulu saling tersenyum, kita yang dulu saling bercanda, kita yang dulu saling bicara, yang dulu saling bertengkar, saling berdebat, bahkan kita yang dulu saling terdiam, yaa... hanya diam, hanya diam dan saling menyelami pikiran masin-masing, tapi tetap tersadar bahwa disampingku adalah kamu, dan disampingmu adalah aku.
Aku merindukan gelaktawa yang dulu menggema dimana-mana, aku merindukan tingkah konyol mu. Yaa tuhan, aku bahkan rindu melihat mu marah, melihatmu berusaha mengendalikan emosi mu. Betapa menyeramkannya itu, tapi anehnya aku tetep rindu.

Betapa sederhanya sebuah rindu, karna hanya dengan mendengar nama mu di sebut pun aku dapat merasakan gemuruh hebat dihati ku. Betapa sederhananya sebuah rindu, karna dengan hanya memejamkan mata pun aku dapat melihat wajah mu. Betapa sederhananya sebuah rindu, karna hanya dengan mendengar sebuah lagu pun aku sadar jika kamu tak lagi disamping ku. Sesederhana itu lah sebuah rindu

Dan untuk mengakhirinya pun sederhana. Hanya bertemu. Bertemu dengan mu.
Tapi masalahnya, beremu dengan mu bukan lah hal yang sederhana, sesederhana rindu itu tercipta. Kamu terlalu jauh, kita terpisah bukan hanya oleh jarak yang dapat dihabiskan dengan berkendara. Kita terpisah oleh jarak yang bahkan aku tak tau harus bagaimana menggambarkannya


Dan akhirnya lagi. Rindu ini jadi tak sederhana. Tak lagi sesederhana seperti awal ia tercipta. Tak lagi sesederhana itu.

Like us on Facebook

Flickr Images