Surat Botol

08.08


       Hari itu pantai terlihat begitu sepi. Angin bertiup perlahan membelai setiap jengkal kulit ku dengan lembut. Sentuhan lembut ombak menyentuh kaki ku yang telajang, hingga kurasakan dinginnya air laut pagi itu. Saat itu adalah saat yang paling aku rindukan setelah sekian lama aku pergi.
       Saat kaki ku terus melangkah mengitari bibir pantai berpasir putih itu, kurasakan kaki ku menyentuh sesuatu, dingin dan halus seperti kaca, aku berhenti, melihat dan mengambil benda yang mengintip dari balik pasir, yang seakan-akan menunggu seseorang menemukan dan mengambilnya. Ternyata benda itu sebuah botol kaca dengan gulungan kertas tersimpan aman di dalamnya. Aku buka tutup botol itu, ku keluarkan kertas di dalamnya, kertas yang berisi tulisan tangan seseorang dengan curahan hati, atau mungkin juga sebuah harapan dari penulisnya.

"Tuhan..
Entah sudah berapa surat yang ku tulis dan ku hanyutkan disini.
Tapi dia belum juga kembali
Aku hanya merindukannya tuhan, aku sangat merindukannya.
Kau pertemukan kami disaat aku masih belum mengerti apa itu cinta, dan kau pisahkan kami saat aku mulai bisa mengartikan rasa bahagia saat aku bersamanya.
Tuhan disini dulu kami bertemu, disini dulu kami bermain
Dan disini juga aku akan terus menunggunya untuk kembali.
Bawa dia kembali tuhan, bawa dia kembali....
….RA.... "

      Saat aku membaca surat itu, aku bisa merasakan kerinduan yang besar tergambar dari setiap kalimatnya, kerinduan yang selama ini juga kurasakan untuk seseorang dimasa lalu ku. Aku ingin tau siapa dia? Siapa pemilik surat ini? Siap yang dia rindukan? Aku memutuskan untuk membawa surat itu bersama ku kembali kerumah.

      Keesokan harinya, hampir setiap sore atau pagi aku kembali ke pantai itu, berharap semoga bertemu dengan penulis surat itu. Tapi sore itu aku tak menemukan apapun, pantai itu masih tetap sama seperti hari-hari biasanya, dan itu terus berulang hingga seminggu setelah surat pertama itu, dan tepat keesokan harinya, saat aku mulai memutuskan untuk menyerah mencari penulis surat itu, mataku melihat sesuatu, ternyata botol berisi gulungan kertas lagi, kali ini botol itu mengambang dan terbawa ombak ke bibir pantai, ku ambil botol itu dan kubaca lagi isinya


"Tuhan
Aku tidak tau ini benar apa tidak?
tapi beberapa hari ini, aku melihat seseorang
Seorang gadis cantik, berambut hitam sebahu, wajahnya mungil, matanya hitam tapi sebening kaca, tatapannya hangat dan menenangkan, senyumnya manis, ramah dan bersahabat, dia mirip sekali dengan Anda, sangat mirip, aku merasakan kehadiran Anda saat melihatnya, tapi aku takut, jika perasaan ku ini salah, aku belum berani bertemu dan bertanya padanya, apakan dia Anda sahabat kecil ku yang ku cari hingga hari ini, bantu aku menjawabnya tuhan, bantu aku…
….RA…"

     Anda? Teman masa kecil? "RA" ?
Aku terdiam, berusaha menerjemahkan semuanya
Namaku Amanda, aku lebih sering di panggil Manda oleh mama papa juga teman-teman ku.

      Anda adalah nama kecil yang nenek dan sahabat kecil ku gunakan untuk memaggilku, dulu aku tinggal di daerah dekat pantai ini, aku tinggal di rumah nenek, saat mama dan papa harus pergi ke Belanda, mereka menitipkan ku disini untuk menemani nenekku yang baru saja kehilangan kakek dan agar nenek bisa menjaga ku selama mama dan papa pergi ke Belanda, saat mama papa pulang, mereka sering  mengajak ku dan nenek untuk ikut ke Belanda, tapi nenek tidak mau, aku juga memilih tetap disini untuk menjaga nenek, tapi setelah 2 tahun berlalu, nenek meninggal, aku ikut bersama mama dan papa, aku tinggalkan tempat ini dan semua kenangan manis yang terekam bersamanya, aku tinggalkan Raditya, seorang anak yang juga pindahan dari kota besar seperti ku, dia sahabat ku, tapi dia juga sangat sering mengganggu ku, tapi dia juga yang selalu melindungi ku, aku biasa memanggilnya Adit si badan gentong, karna badannya yang terbilang besar untuk anak seumurannya, karna dia juga selalu menggodaku dengan Anda si Kurcaci tengil, karna tubuhku yang kecil, dan selalu membalas semua keisengannya pada ku, Adit memang selalu mengganggu ku, tapi dia yang akan selalu membela ku, saat anak-anak penduduk sekitar mengganggu ku, dulu aku dan Adit sering main ke pantai ini sepulang sekolah, aku suka melihat matahari terbenam, aku tidak tahu apa adit juga menyukainya atau tidak, tapi dia selalu menemani ku kesini, aku sering menolaknya karna Adit sering usil, dia selalu punya ide untuk paling tidak membuat ku menjerit kaget, takut, atau bahkan menangis saking kesalnya, tapi dia selalu bilang,

"enggak Nda, pokonya aku akan ikutin kamu, aku gak mau sampe ada anak lain yang gangguin kamu, karna cuma aku yang boleh gangguin dan bikin kamu nangis, yang lain gak boleh "

       Dengan lagak bos dia selalu bicara seperti itu setiap kali aku bilang, kalau aku tidak ingin di temaninya, tapi aku tidak bisa bierkata apa-apa lagi kalau Adit sudah berkata seperti itu, karna dia tidak akan nyerah sampai aku setuju jika dia ikut bersama ku. Tapi dari semua saat kebersamaan ku dan Adit, saat di pantai ini yang paling aku ingat dan aku rindukan, karna disini, dulu aku bukan hanya bertengkar dengannya, tapi aku juga tertawa lepas, karna intensitas keusilannya berkurang, berganti jadi lelucon-lelucon lucu yang membuatku tertawa terbahak-bahak.

       RA.. "Apa benar ini kamu Dit? Apa benar kamu yang tulis semua surat dalam botol ini? Apa benar kamu masih inget sama aku setelah sekian lama aku pergi? Apa benar kamu nunggu aku? Apa benar? Tapi unuk apa? Untuk apa Adit nunggu aku? Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku melihat keseliling, berusaha menemukan seseorang yang mungkin itu Adit, tapi aku tidak melihat siapa pun, hingga aku terkejut saat ada tangan yang menyentuh bahuku dari belakang, aku melompat kaget dan memutar tubuhku agar aku bisa melihat siapa yang memegang bahuku, ternyata seorang laki-laki muda, mungkin umurnya tidak berbeda jauh dengan ku, rambutnya hitam, dipotong rapih mengikuti trend saat ini, matanya hitam, hidungnya mancung, dengan senyum yang melengkung sempurna, terbingkai dengan tulang rahang yang tegas, tubunya tinggi tidak kurus ataupun gemuk, bahunya lebar dengan lenganan yang sedikit berotot, menggambarkan tubuh yang kuat, saat dia mulai bicara, suaranya tidak begitu berat tapi dalam dan tenang.

"Hey, maaf maaf kamu kaget ya? Aku gak bermaksud ngagetin kamu, maaf ya" dia meminta maaf

"ohh iya gapapa, maaf tapi kamu siapa ya? Apa kamu kenal sama aku? " aku balas bertanya

"Aku Radit, kamu bisa pangil aku apa aja, Adit, Radit, Idit, atau apa aja asal jangan Mas atau Abang, nanti dikira aku mas-mas tukang ojek atau abang-abang tukang bakso lagi, hihi"

"hihihi bisa aja bercandanya, ehh maaf tapi kamu kenal sama aku?".  karna aku masih memikirkan surat dibotol itu, aku jadi tidak sadar kalau sang penulis surat itu, teman masa lalu ku itu sekarang berdir di depan ku.

"emmm enggak sih, tapi udah beberapa hari ini aku sering liat kamu disini sendirian, mangkanya aku sekarang nyamperin kamu, aku pikir kamu lagi nyari sesuatu, boleh aku tau kamu lagi nyari apa? Nama kamu siapa? "

"ahh.. ohh.. ini aku lagi iseng aja, dulu aku tinggal disini, gak begitu lama sih cuma beberapa tahun, terus aku pindah, aku lagi kangen aja sama pantai ini kebeneran aku lagi liburan, mangkanya aku kesini, gak lagi nyari apa-apa kok, ohh ya nama aku Amanda.. "

"ohh Amanda, aku bisa panggil apa nih? Terus itu yang kamu pegang apaan? "

"panggil apa aja, Manda, Anda, atau apa aja, asal jangan Mba, tar dikira mba-mba jamu hihi.. ohh ini cuma surat botol aja, ada orang yang nganyutin ini di laut terus kebawa ombak sampe kedeket aku, mangkanya aku ambil" saat menjawab pertanyaan Adit itu, aku mulai sadar

"ehh tunggu dulu, tadi kamu bilang nama kamu siapa? Radit? Adit?, nama kamu beneran Radit? Apa kepanjangannya Raditya? Kalo gitu apa bener kamu yang nulis surat botol ini? Apa kamu masih inget sama aku dit? ". aku bertanya dengan bertubi-tibi

 "iya, nama aku Radit, lengkapnya Raditya, aku emang yang nulis surat itu. Dan kalo gitu berarti apa bener kamu Anda? Bener kamu Anda temen masa kecil aku? ". Adit jawab pertanyaan aku dengan sabar dan balas bertanya

"iya Dit, ini aku, aku Anda temen kamu, ya ampun Adit aku udah lama banget gak ketemu kamu, aku kangen banget sama kamu, kamu sekarang beda banget". aku jawab pertanyaan adit sambil menghambur kepelukannya, karna begitu bahagiannya aku setengah menangis, aku  peluk dia erat, sepeti tidak akan lagi mau melepasnya

"hahaha ya ampun Nda, kamu tuh masih aja cengeng sih, buat apa kamu lama-lama di luar negeri kalo gak ada perubahannya, kamu juga berubah Nda, kamu jadi jauh lebih cantik dari sebelumnya, makan apa sih di Belanda bisa jadi begini? ". Adit balas memeluku sambil menggodaku dengan ejekanya

"bodo ahh, diluar negeri tuh banyak orang cengeng, bukan aku doang, lagian kalo aku berubah nanti kamu gak bisa ngenalin aku. kalo masalah cantik emang dari dulu juga aku udah cantik ". aku melepas pelukan ku dan menjawabnya dengan ketus

"yeee ngambek, iya deh iya, emang dari dulu kamu cantik, cantik banget, tapi Nda, dengerin aku ya, asal kamu tau, mau kamu berubah kayak apa pun juga, aku pasti akan bisa ngenalin kamu, pasti bisa". Adit menjawab dengan serius

"masa? Buktinya apa? " aku balas bertanya

"Surat botol itu buktinya".

Terjebak

05.33


Aku tidak pernah tau kapan ini berawal
Dan aku juga tidak pernah tau kapan ini akan berakhir
Mungkin tatapan hangat itu salah
Senyum manis itu salah
Kata-kata santun itu salah
Bahkan pertemuan kita juga salah
Karna mungkin dari  itu semua
Yang akhirnya menjebak ku hingga tak lagi bisa kembali

Aku hanya seorang anak yang baru saja memulai masa remajanya
Aku hanya baru mencari-cari apa itu cinta
Apa yang membuat orang-orang bisa tertawa sambil menangis dan menangis sambil tertawa

Aku tak pernah menyadari sejak kapan kamu menyelinap ke hati ku?
Bagaimana bisa aku memberikan ruang untuk mu di hati ku?
Dan aku bahkan tidak pernah mengerti
Kenapa selalu kamu yang menempati setiap sudut di hati ku?

Apa..?
Apa yang kamu punya hingga dapat menjebak ku?
Sihir apa yang ada disenyum mu
Hingga selalu membuat ku ikut tersenyum saat melihat mu tersenyum
Walau hatiku sedang ingin menangis?

Jika ini semua takdir?
Apa aku ditakdirkan untuk terpaku  pada mu
Tanpa kamu tau kalau aku tak pernah lagi dapat melangkah selain ke arah mu?
Sekeras apapun aku mencoba berbelok
Aku selalu bertemu jalan lain yang mengantar ku kepada mu

Aku Harap Kamu Dengar

04.59



Udah Berapa tetes air mata karna dia yang aku hapus untuk kamu?
Udah berapa senyum yang hilang dan aku yang berusaha munculin lagi?
Kamu mungkin gak pernah sadar.. 
Apa yang aku lakuin ini selalu aja tentang KAMU..

Semoga kamu bukan gak mau tau
Aku gak terlalu ngerti apa yang sebenernya aku lakuin?
Aku selalu resah ngelakuin hal untuk kamu
Bukan soal untuk balasannya
TAPI...
AKU gelisah ngelakuin semua ini karena CINTA atau TERPAKSA?
Kemudian aku bercermin.. Mata aku gak nunjukin sedikitpun keterpaksaan
Aku BERTAHAN buat kamu


Entah ini TULUS apa BODOH?

Aku gak tau benar tentang CINTA

Namun yang aku tau..

Cinta memang BERKORBAN sampe segininya

Pengorbanannya tak pernah BERBATAS...

SAYANGNYA...

Beberpa cinta berakhir gak berbalas

Tapi apa cinta yang hebat harus bertahan sampai sekarat?


KAMU selalu senyum ke AKU
Tapi bukan tersenyum BERSAMA  ku
Apalagi KARNA aku..

Ketika kamu BAHAGIA.. 
Yang ada cuma DIA 

Jangan salahin AKU ngedoain KAMU sedih terus 
Karna CUMA ketika kamu sedih

AKU KAMU ANGGAP ADA...


CREDIT BY: Soundcloud(oka-aku harap kamu dengar)

Like us on Facebook

Flickr Images