Pertemanan Semu

08.03

Berjabat tangan saling mengenalkan diri, aku tau kini siapa kamu. Senyum manis layaknya peri, tanpa dosa tawarkan pertemanan dengan janji akan abadi.
Awalnya datang setiap saat, ada di saat ku butuh, memanggil di saat kamu perlu. Tapi selang waktu berlalu, ternyata terlihat lah siapa kamu, memanggil di saat perlu dan ketika ku panggil saat ku butuh, lebih seringnya dengan keanggunan mu itu kamu berlalu.
Sekali.. Dua kali.. Aku masih memaklumi, mungkin kamu punya keperluan lain yang harus di penuhi. Tapi semakin lama kamu semakin menjadi jadi.
Jika hanya mengacuhkan ku saat ku butuh masih dapat ku toleransi, tapi menyalahkan ku atas saran yang ku beri saat kau memintanya apa masih harus ku toleransi? Aku bukan orang yang suka bicara saat tidak di minta, aku bukan motivator yang selalu memberi saran di setiap ucapannya, aku hanya teman yang menghargai temannya, berusaha membantu saat kamu butuh, tapi yang aku dapat hanya keluhan dan penyalahan atas apa yang kamu lakukan karna saran ku, aku hanya memeberi saran, bukan berarti harus kamu lakukan, kenapa harus menyalahkan orang lain saat kamu yang berbuat kesalahan
Aku masih bersabar, tapi kamu tidak menghargai kesabaran ku, aku berusaha mengingatkan mu saat kamu salah dalam memulai langkah, atau mencegah mu berjalan lebih jauh di jalur yang salah. Bagaimana pun kamu, kamu tetap teman ku, aku perduli, sangat perduli. Tapi apa yang ku dapat untuk balasannya, aku bukan berharap ucapan terimakasih atau apa pun, tidak, tidak pernah, tapi jika aku malah di beri amarah, masih harus aku terima? Masih harus aku bersabar?
Apa seperti ini namanya teman? Apa begini cara mu memperlakukan teman mu? Aku rasa cukup aku, untuk ku cukup sampai disini, aku tetap hargai keberadaan mu dan kenangan baik kita, tapi aku tidak akan lagi kembali kepertemanan seperti dulu, aku tidak lagi akan menjadi sama seperti aku yang kamu kenal dulu. Pertemanan semu ini cukup untuk ku.

Kebimbangan Ku itu Kamu

05.32

Berulang ulang aku mengetik dan kemudian ku hapus lagi, bukan karna aku tidak memiliki kesibukan, hanya saja aku bingung bagaimana caranya menuliskan kata yang tepat pada mu.
Pelan tapi pasti semua mulai berjalan lancar, obrolan kita berjalan mulai dari yang masuk di akal, hingga sampai pada titik yang jauh sekali dari topik awalnya. Aku berusaha membaca karakter mu melalui pesan singkat mu, berusaha menerjemahkan apa yang kau rasakan dari setiap kata yang terpampang dilayar. Hahhhh lama lama ini mengusik batin ku, seperti ini kah rasanya jatuh cinta pada mu? Seseorang yang begitu polos, jujur, sederhana, hingga dengan mudahnya kau ceritakan keluh kesah mu pada ku. Sungguh, jika ku sanggup apa pun akan ku lakukan untuk mengembalikan senyum mu, mendengar tawa mu, bahkan kini aku mulai berpikir mungkin aku mampu berkorban lebih banyak hanya untuk menjadi alasan mu tertawa, alasan mu merasa bahagia. Secepat ini kah cinta membekukan akal yang sehat, hingga hati dan nalar tak lagi dapat sejalan, dan selalu saja hati yang menang.
Boleh kah aku jujur? Sekarang aku ragu, ada rasa takut jika sampai rasa ini terlalu dalam, karna aku tidak ingin terluka hanya karna cinta yang tak ku dapatkan, dari mu yang bahkan tak mengerti tentang luka ku ini.
Kamu punya pesona, itu yang membuat ku jatuh cinta, dan bukan hanya aku, tapi juga banyak makhluk tuhan lainnya. Harus kah aku bersaing melawan mereka? Jika iya, maka akan aku lakukan hingga aku yang keluar menjadi pemenang. Tapi akan kah aku menang? Melawan mereka yang berdiri lebih tegak dari ku, mereka yang lebih mampu meyakinkan mu untuk kebahagian hidup mu. Aku ragu, sungguh aku ragu
Lalu harus seperti apa aku sekarang? Membiarkan ini berjalan apa adanya? Mengikuti alur yang ada walau aku tau kecil kemungkinan ku untuk melangkah lebih jauh?
Apa yang harus aku lakukan? Melaju melawan arah? Atau menyerah?
Mungkin sekarang saatnya aku berserah. Berserah bukan berarti menyerah, hanya saja aku membiarkan tuhan yang membimbing hati ku dan hati mu. Aku serahkan semua takdir ku. Jika kita memang akan bersatu, maka kita akan temukan jalan nya, jika kamu bukan untuk ku, berarti aku akan temukan jalan lain yang membawa ku pada kebahagiaan hidup ku sendiri, walaupun itu artinya tanpa mu. Tapi pasti dapat ku jalani, karna disana aku akan menemukan kamu ku yang baru, yang memang ditakdirkan untuk bahagia bersama ku. Lalu akan ku doa kan pula kebahagian mu, bersama dia mu yang kau pilih untuk menjadi alasan bahagia mu itu.

Like us on Facebook

Flickr Images