Entah sudah berapa lama aku berhenti menuliskan tentang mu disini. setahun mungkin.
Sekarang kamu sudah mulai menapaki mimpi mu. Aku ucapkan selamat sebelumnya. Untuk keberhasilan mu mewujudkan mimpi mu.
Aku bangga. Sungguh bangga dengan semua prestasi mu. Aku yang dulu tak yakin kamu bisa, sekarang sedikit terkejut bahwa kamu mampu. Kamu memang pekerja keras, kamu benar-benar memperjuangkan keinginan mu. Aku seharusnya tahu itu, karna begitu juga cara mu dulu memperjuangkan cinta mu.
Sedang apa kamu sekarang? pasti sedang bergulat dengan tugas-tugas kampus yang menumpuk. Betapa sok tahunya aku, tapi aku hanya menebak, karna itu kebiasaan mu dulu, jika belum habis waktunya, jangan harap kamu mengerjakannya, kamu lebih suka mengerjakan tugas-tugas mu mepet dengan dateline nya. Apa kamu berubah sekarang? Aku harap iya, karna aku selalu berharap perubahan yang baik untuk mu.
Sudah hampir 2 tahun ya? hanya sekali pertemuan kita. aku tidak akan lupa, februari kemarin, saat teman-teman kita liburan. Tapi aku tidak ingat jika kamu menyapa ku. atau mungkin memang kamu tidak menyapa ku. berada 1 karpet, bahkan 1 ruangan saja nampaknya kamu enggan. kamu selalu menghindar, menjauhi ku. Apa aku punya salah tak termaafkan pada mu? atau apa? tidak bisakah kamu datang menjelaskan, dan bersikap atau sekedar santai dengan ku, seperti yang lainnya. tapi tidak sama sekali. kamu terus saja berlalu pergi.
Aku lihat kamu bercanda dengannya. iya dia, yang dulu kamu perjuangkan mati-matian, yang kamu rela berurusan dengan kekasihnya hanya untuk berteman dengannya, dan akhirnya menyeret ku kedalam masalah kalian juga. Tapi kenapa dengan ku tidak? bahkan hingga aku berpamitan karna waktu telah menjemput malam, menoleh saja kamu tidak, padahal aku rasa suara ku sudah lebih kencang dari suara masjid sebelah. Tapi kamu tidak perduli. Tapi ya memang kamu tidak punya kewajiban untuk memperdulikan ku. Karna aku bahkan bukan siapa-siapa untuk mu.
Tapi jika kamu tahu. Bahkan setelah kamu bersikap seperti itu, aku masih tetap rindu. Sosok kamu yang berbeda dengan yang lain. Aku masih belum bisa jatuh cinta lagi. Bukan karna aku tidak ingin. Aku harap aku dapat jatuh cinta lagi, hidup ku hambar tanpa degup kencang dan rasa gugup yang datang tiba-tiba maupun perlahan. Tapi standart laki-laki idaman ku kini berubah, bukan lagi seperti dulu. Bukan laki laki yang begini dan begitu, punya ini punya itu, Tapi laki laki yang seperti kamu. Yaaa.. Seperti kamu. Tanpa sadar aku masih terus mencari sosok mu di antara kerumunan orang, mencari kepingan puzzel yang mirip dengan mu, tapi masih belum bisa ku temukan. Itu membuat ku sulit untuk jatuh cinta, seberapa banyak pun laki-laki baik yang mencoba mendekat, tapi mereka tidak sama. Mereka tidak seperti kamu. Mereka bukan kamu. Entah berapa lama aku baru bisa mendapatkan yang seperti kamu. Aku harap aku mampu. Karna waktu tak akan sudi menunggu. Atau setidaknya tuhan membuka hati ku. Untuk dapat menerima yang selain kamu.
Ini sudah malam. Disela waktu menulis ku ini, aku berharap ada keajaiban hingga kamu membaca tulisan ku. sadar bahwa yang aku tulis adalah kamu, dan sedikit berbelas kasih untuk memulai mengirimi ku pesan singkat, hingga aku tahu kamu baik-baiksaja dan bahagia disana. Semoga kamu baca, lalu saat kamu sholat malam, kamu sudi untuk menyebut nama ku dalam doa mu. Aku tidak minta doa yang macam macam, hanya doakan aku untuk dapat mempu menjalani hidup ku dengan tenang, tanpa mu, dan dengan orang lain, yang mirip ataupun berbeda dengan mu. Terimakasih untuk itu.
Selamat malam untuk kamu, semoga mimpi indah, semoga tuhan menjagamu dalam tidur nyenyak mu.
Lucu rasanya mendengar kamu bilang "kalo kita jodoh, suatu saat nanti pasti ketemu lagi" aku bahkan tidak lagi berharap untuk bertemu dengan mu atas alasan apa pun. Setelah apa yang kita lalui itu? Setelah semua perlakuan mu pada ku itu? Omong kosong. Lebih baik kamu pergi sejauh mungkin dan jangan pernah kembali kehadapan ku dengan cara apa pun dan untuk alasan apa pun. Aku tidak sudi kamu kembali memporak porandakan lagi kehidupan ku.
Apa kamu ingat dulu saat kamu menjadi satu-satunya yang ku puja? Segala hal mampu aku lakukan untuk mu, dan tanpa berpikir dua kali aku melakukannya. Saat kamu memanggil ku untuk meminta bantuan, apa pernah aku menolaknya? Walau aku tau kalau kamu hanya datang saat kamu butuh lalu pergi begitu saja.
Apa kamu ingat seberapa banyak kamu memberikan janji yang begitu manis pada ku kalau kamu akan menjaga ku semampu mu? Cukup berdiri di balik bahu mu dan aku tidak akan terluka sedikit pun. Apa kamu ingat saat kamu bilang jika kamu suka aku, tapi bukan sekarang saatnya? Apa kamu ingat semua janji itu? Janji yang kamu buat untuk ku bahkan dihadapan orang orang terdekat ku? Kamu lupa? Kamu lupa?
Apa masih belum cukup luka bernanah yang aku pendam bertahun tahun karna mu meradang? Apa masih mau kamu tambah lagi sakitnya dengan menyiram garam harapan itu?
Kamu selalu datang seperti aku adalah orang terpenting dalam hidup mu, tapi kenyataannya, kamu selalu menggenggam tangan lain di balik bahu mu.
Kini aku telah sampai di titik jenuh ku. Aku sudah menemukan titik lelah yang membuat ku sadar bahkan muak dengan semua keadaan dan perlakuan mu. Aku jenuh hidup dalam kurungan bayang-bayang semu mu. Aku muak terus menerus menelan harapan kosong mu itu bulat bulat.
Sekarang aku sudah menyerah, aku kini sudah memutuskan untuk pergi dan mengobati luka ku yang tercipta karena mu. Dan kamu berkata jika suatu saat nanti kita akan bertemu lagi bahkan berjodoh? Setelah luka ku sembuh sempurna kamu mau memulai lagi membuat luka yang sama, dengan pisau yang sama, di tempat yang sama, dengan cara yang sama?
Aku tidak akan pernah membiarkan mu melakukannya, bahkan jika untuk mencegah luka ku karena mu itu tercipta lagi, aku harus melukai mu dengan cara yang sama, maka tanpa pikir 2 kali pun aku akan lakukan hal itu. Pasti akan aku lakukan, bukan karna dendam, namun hanya untuk melindungi diri sendiri dan membuat mu sadar bagaimana rasanya di campakan dan di abaikan.
Sekarang aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal, semoga kamu tidak melukai yang lain seperti kamu melukai ku. Dan yang terpenting JANGAN PERNAH KEMBALI.
Berjabat tangan saling mengenalkan diri, aku tau kini siapa kamu. Senyum manis layaknya peri, tanpa dosa tawarkan pertemanan dengan janji akan abadi.
Awalnya datang setiap saat, ada di saat ku butuh, memanggil di saat kamu perlu. Tapi selang waktu berlalu, ternyata terlihat lah siapa kamu, memanggil di saat perlu dan ketika ku panggil saat ku butuh, lebih seringnya dengan keanggunan mu itu kamu berlalu.
Sekali.. Dua kali.. Aku masih memaklumi, mungkin kamu punya keperluan lain yang harus di penuhi. Tapi semakin lama kamu semakin menjadi jadi.
Jika hanya mengacuhkan ku saat ku butuh masih dapat ku toleransi, tapi menyalahkan ku atas saran yang ku beri saat kau memintanya apa masih harus ku toleransi? Aku bukan orang yang suka bicara saat tidak di minta, aku bukan motivator yang selalu memberi saran di setiap ucapannya, aku hanya teman yang menghargai temannya, berusaha membantu saat kamu butuh, tapi yang aku dapat hanya keluhan dan penyalahan atas apa yang kamu lakukan karna saran ku, aku hanya memeberi saran, bukan berarti harus kamu lakukan, kenapa harus menyalahkan orang lain saat kamu yang berbuat kesalahan
Aku masih bersabar, tapi kamu tidak menghargai kesabaran ku, aku berusaha mengingatkan mu saat kamu salah dalam memulai langkah, atau mencegah mu berjalan lebih jauh di jalur yang salah. Bagaimana pun kamu, kamu tetap teman ku, aku perduli, sangat perduli. Tapi apa yang ku dapat untuk balasannya, aku bukan berharap ucapan terimakasih atau apa pun, tidak, tidak pernah, tapi jika aku malah di beri amarah, masih harus aku terima? Masih harus aku bersabar?
Apa seperti ini namanya teman? Apa begini cara mu memperlakukan teman mu? Aku rasa cukup aku, untuk ku cukup sampai disini, aku tetap hargai keberadaan mu dan kenangan baik kita, tapi aku tidak akan lagi kembali kepertemanan seperti dulu, aku tidak lagi akan menjadi sama seperti aku yang kamu kenal dulu. Pertemanan semu ini cukup untuk ku.